Posted by :
Quiteries
Tittle : A
Friend’s Confession
Cash : Alif
S4, SOS yeye .
Sub Cash :
Jeje S4, SOS JL
Genre :
Friendship & Romance
Leght
:OneShot
Rating :PG-
15
Disclaimer :
Terinspirasi dari berbagai Drama. Repley 1997 ,2AM – A Friend’s Confession
.P.S : cerita
ini hanyalah fiktif belaka. DiCopas dari ff MyugZy. Semua cash hanyalah milik
keluarga manajement dan tuhan YME. Tp alif dan jejej milik author ^^ .hati-hati
akan ada banyak typo ..
Author : _
HAPPY READING .
***
“Alif~Ya ,
Alif~ya “
Alif yang sedang
sibuk membaca diktat kuliahnya dengan malas mendongak ketika yeye berkali-kali
menyikut lengannya.
“Ada apa?”
tanya laki-laki itu dengan tampang cenberut,ia paling benci jika kegiatan
membacanya diganggu oleh orang lain, termsuk sahabatnya sendiri, Yeye.
“kau lihat
laki-laki yg baru saja masuk ke kafetaria?” bisik yeye dengan bersemangat,
“yang memakai kaos hitam adidas.. “
Alif
memandang kesekeliling, kemudian tatapannya tertuju pada laki-laki bertubuh
tinggi tegap, dengan kaos hitam adidas. Dan tas ransel berwarna abu-abu yg
sedang mengantri membayar makanan di kasir kafetaria.
“ya. Aku
lihat kenapa?”
“kau masih
bertanya kenapa?” kata yeye dengan nada syok berlebihan “apa kau tak bisa
melihat betapa kerennya dia? Ya tuhan, dia makhluk terkeren yang pernah ada di
kampus ini. “
Alif memutar
bola matanya, sahabatnya itu selalu bersikap berlebihan jika mengomentari
laki-laki tampan. Terkadang alif masih heran, mengapa sahabatnya yg bisa
dibilang terlalu mudah dibuat terpesona oleh laki-laki ini masih saja
memutuskan tidak memiliki pacar, atau minimal mengincar seorang laki-laki.
Sampai saat ini. Padahal yeye bisa dikategorikan memiliki wajah yang cantik dan
kepribadian yang menyenangkan, tipe gadis yg disukai hampir semua laki-laki .
“ bukankah
dia. Jefri gurusinga si mahasiswa baru itu?”
“Bingo,
ternyata jika dilihat dari jarak dekat dia benar-benar tampan, keren dan
karismatik.kenapa ya dia tidak masuk ke kampus sejak awal tahun ajaran baru?
Pasti aku akan semangat berangkat kuliah, bukannya mencari-cari alasan untuk
membolos seperti selama ini.” Kata yeye sambil menumpangkan dagunya di tangan
tanpa melepaskan pandangan kearah jefri.
Alif melirik
yeye dengan tatapan kesal,
“bukannya
kau yang mengomel-omel sendiri ketika junior kita kemarin mengejar-ngejar jefri
gurusinga dan berkumpul di parkiran ketika laki-laki itu akan pulang? Kupikir
kau sama saja, yeye, kenapa kau tidak bergabung dengan mereka saja? Sepertinya
mereka masih akan berkumpul di parkiran siang ini. Kaalu perlu kau siapkan
pompom dan yel-yel untuk menyambut jefri.pasti akan meriah”
Yeye meraih
buku yang tadi dibaca alif kemudian memukulnya ke kepala laki-laki itu.
“tentu saja
berbeda,” bentak yeye “aku adalah gadis berharga diri tinggi. Tidak mungkin aku
bertindak seberlebihan dan sekonyol junior kita itu . aku hanya mengagumi
jefri dan akan menyimpan rasa kagumku
ini dalam hati” yeye mengakhiri kata-kata sok puitisnya itu dengan memasang
ekspresi sendu yang menurut alif sangat menjijikan.
“melihatmu
mengagumi laki-laki dengan cara berlebihan seperti itu selalu membuatku ingi
muntah.” Gumam alif sambil mengelus-elus kepalanya yang sakit setelah dipikul
yeye.
“YAKKK!!!!!
KAU BENAR-BENAR INGIN MA...”
“maaf aku
menyela pertengkaran kalian, tapi bolehkah aku duduk disini ? kursi lain di kafetaria
sudah penuh.”
Alif yang
sudah memejamkan mata siap mendapatkan
pukulan membabi buta yeye membuka mata. Terdengar suara buku yang jatuh
membentur lantai. Sepertinya yeye menjatuhkan bukunya saking syoknya.
Bagaimana
gadis itu tidak syok jika jefri gurusinga yang baru saja ia puji-puji kini
berdiri dihadapan mereka berdua?
***
Jefri yang
awalnya biasa saja dan mulai memakan makan siangnya dengan tenang lama-lama
merasa aura disekitarnya terasa tidak nyaman. Laki-laki itu mendongok ,menatap
dua orang yang diam dan saling bertukar lirikan sadis. Didepannya.
Jefri
berdeham “apa keberadaanku disini mengganggu kalian ?”
Tak ada jawaban
“jika aku
memang mengganggu, aku akan pindah. Sepertinya kafetaria juga mulai sepi.
Jujur, melihat dua orang berpacaran yang sedang bertengkar membuatku cukup
rikuh.”
“SIAPA YANG
BERPACARAN?!”
Jefri tersentak kebelakang mendengar teriakan
dua orang didepannya. Orang-orang yang masih berada di kafetaria menoleh kearah
mereka dengan tatapan ingin tahu.
“maafkan kami
jika membuatmu kaget ” kata yeye sambil memansang senyum termanisnya
“tentu sajaa
aku bukan pacarnya. Mana mungkin aku mau berpacaran dengan laki-laki
jelek,aneh,menyebalkan, dan sinting seperti dia .”
Alif sudah
akan menyela tetapi yeye menginjak kakinya dengan keras, membut laki-laki itu
meringis kesakitan tanpa suara.
“kau tidak
apa-apa?” tanya jefri kepada alif
“sudah ku
bilang kan, dia memang aneh, sering meringis tak jelas seperti itu,” jelas yeye
“ngomong-ngomong
kita belum kenalan, aku yedi yelia. Kau bisa memanggilku yeye.”
“jefri
gurusinga. Biasa dipanggil jeje .” jeje membalas uluran tangan suzy dan
menjabatnya dangan bersahabat.
“dia alif
rizky.” Yeye memperkenalkan alif “temanku sejak kecil.”
Beberapa
menit berlalu, yeye dan jeje sudah mengobrol banyak. Mengabaikan alif yang
bagaikan obat nyamuk diantara mereka.
Alif melirik
yeye. Gadis itu tampak berusaha memperlihatkan sebanyak mungkin daya tariknya
di depan jeje. Memasang mimik serius ketika laki-laki itu bercerita, tertawa
dengan sok dimerdu-merdukan menanggapi candaan jeje yang menurut alif sama
sekali tidak lucu dan bercerita kepada jeje dengan bersemangat. Oh,ya satu
lagi, yeye tidak lupa menceritakan beberapa aib alif kepada jeje . menyebarkan
aib jeje memang sudah menjadi hobi gadis itu, bahkan sejak mereka masih kecil.
Lihat saja
yedi yelia, aku akan membuatmu menyesal setelaah ini .
“jam berapa
sekarang? Jaam tanganku tertinggal di dasbor mobil,” tanya jeje kepada yeye.”
“swkarang
pukul satu kurang sepuluh menit.” Jawab yeye “wae?”
“maaf,
sepertinya aku harus segera pergi,” kata jeje dengan ekspresi menyesal “aku ada
janji dengan seseorang, senang sekali bisa makan siang bersama kalian. Semoga
lain kali kita bisa bertemu lagi.”
“gwenchana.”
Sahut yeye “hati-hati di jalan jeje”
Jeje
tersenyum kemudian berdiri dari kursi yang ia duduki. Baru berjalan dua
langkah, laki-laki itu berjalan kembali ke meja yeye dan alif.
“apa ada
yang tertinggal?” tanya yeye
Jeje
berdeham. Raut wajahnya tampak gugup, “Em. . boleh aku minta nomer ponselmu?”
Yeye
membelalakan matanya. Kentara kaget sekali, “nomer ponselku?”
Jeje
mengangguk sambil memasang senyum malu.
Yeye dengan
cepat meraih kertas dan pena yang tergeletak di meja. Buru-buru menuliskan
nomornya, kemudian menyodorkan kertas itu kepada jeje.
“terimakasih”
“sama-sama,”
sahut yeye sambl tersipu malu.
“ya tuhan,
mimpi apa aku semalam ?” kata yeye dengan tatapan menerawang sepeninggal jeje.
“kau
berlebihan yeye.”
Yeye menoleh kearah alif dengan tatapan
berbunga-bunga kemudian memeluk sahabatnya itu.
“seorang
jefri gurusinga, mahasiswa baru di kampus kita yang menjadi incaran banyak
gadis. Memutuskan duduk semeja dengan kita, mengajakku ngobrol lalu meminta
nomor ponselku. Bahkan ini baru pertemuan pertama. Aku benar-benar beruntung,”
seru yeye tepat di telinga alif.
“yeye . . .
lepaskan pelukanmu. . . kau mem . .membuatku sesak . . dan tolong jangan ..
berteriak tepat . . di telingaku” kata alif terbata-bata. Laki-laki itu
berusaha mendorong yeye tapi gadis itu memeluknya dengan benar-benar erat.
“KYA!!! ALIF
RIZKY AKU BAHAGIA SEKALI.!!!”
***
“ apa kau
marah padaku?” tanya yeye sambil melirik alif yang duduk disampingnya.
Sepanjang perjalanan pulang dari kampus munuju rumah mereka, alif mendiamkannya
dan tidak menanggapi apapun yang dikatan yeye.
“tidak.”
Sahut alif pendek.
“tapi rauh
wajahmu mengatakan ‘iya’ alif rizky.” Kata yeye sambil terus memfokuskan
pandangan matanya ke jalan didepannya . hari ini adalah jatah yeye menyetir
mobil. Alif dan yeye sering berangkat atau pulang kampus bersama-sama dengan mobil alif. Terkadang
yeye menawarkan didi untuk memegang setir karena gadis itu ingin memperlancar
kemampuan menyetirnya
“kau sangat
menyebalkan tadi.” Kata alif ketus.
Yeye tertawa,
“bukankah setiap hari memang kau mengatakan aku gadis yang menyebalkan?”
“memang”
“atau
jangan-jangan kau cemburu padaku?”
Alif menoleh kearah yeye dengan raut terhina
.”apa yang kau katakan? Cemburu padamu? Yang benar saja “
“bisa saja
kau diam-diam menyukaiku.” Kata yeye “selama ini kau tak pernah menceritakan
gadis yang kau sukai padaku.”
Alif
mendorong kepala yeye pelan “aku hanya ingin fokus pada studiku. Makanya aku
tidak ingin memikirkan gadis manapun, ini belum waktu yang tepa. Lagi pula
standarku sangat tinggi . tidak sepertimu yang sedang mudahnya mengatakan
setiap laki-laki yang kau temui tampan.”
“sepertinya
kau sudah tidak marah padaku,” kata yeye sambil mengulum senyum.
“oh ya?
Percaya diri sekali kau”
Yeye
mengetuk-ngetukan telunjuknya ke dagu, “bagaimana jika setelah ini kta mampir
ke honey pott? Biasanya segelas espresso gratis bisa membuat mood alif rizky
jauh lebih baik”..
Alif melirik
yeye kemudian tersenyum “baiklah, aku
menyerah.”
***
“dua ice
espresso,” alif menyebutkan pesanannya kepada pelayan. Setelah pelayan itu
pergi. Laki-laki itu menoleh keyeye yang duduk disampingnya sambil berkutat
dengan tab nya.
“tim basket
SMA kita akan mengadakan pertandingan pekan depan. Bagaimana jika kita
menonton?” ajak yeye sambil menyimpan tab nya ke dalam tas
“pekan
depan? Aku tidak bisa memastikan menonton atau tidak , tugasku banyak sekali
yeye.” Kata alif
“oh ayolah,
kita sudah lama tidak menonton.lagipula menonton pertandingan basket tidak lama
kan? Setelah menonton kita bisa langsung pulang tanpa mampir kemana-mana.”
“silahkan
ini pesanan anda,” seorang pelayan datang membawakan pesana mereka. Yeye
langsung mengambil segelas espresso dan menyeruputnya.
“ pokoknya
kau harus bisa,” kata yeye dengan mulut penuh espresso dan krim yang belepotan
di sekitar mulut.
“aissh, kau
ini jorok sekali,” omel alif sambil mengambil tisu dari meja kemudian
membersihkan krim diwajah yeye “ iya aku akan menemanimu nonton. Kau puas?”
“nah itu
baru sahabat yang baik.” Kata yeye senang
“ngomong-ngomong
aku jadi teringat drama ‘secret garden’ kata yeye lagi “saat adegan ha ji won
dan hyun bin minum kopi bersama disuatu caffe. Saat itu ada krim yang tersisa
diatas mulut ha ji won lalu hyun bin menciumnya sambil membersihkan krim itu.”
“ lalu?”
“mungkin
jika tadi d meja tidak ada tisu kau pasti akan menciumku untuk membersihkan
krim yang belepotan di wajahku.”
Alif
mendorong yeye sampai gadis itu hampir membentur jendela “ kau sinting ya?
Menciummu untuk memebrsihkan krim yang belepotan di wajahmu? Membayangkannya
saja sudah membuatku cukup jijk.”
.yeye menegakan diri kemudian mengepalkan
kedua tangannya didepan dada dengan mata berbinar-bina “ah, mungkin jika nanti
jeje mengajakku kencan aku akan memesan espresso. Menympan tisu yang disediakan
dimeja, membuat sekitar mulutku belepotan krim, lalu dia berinisatif menciumku.
Ide yang brillian sekali kan?
Alif
menghela nafas kemudian menatap sahabatnya dengan ekspresi tak terbaca
***
---
A Week Later
“hai noona
manajer”
Yeye menoleh
dan mendapati seorang gadis melambai-lambaikan tangan kearahnya. Yeye
mengerutkan keningnya kemudian tersenyum dan berlari kecil menghampiri gadis
itu. Kedua gadis itu berpelukan lalu tertawa bersama
“ Aku
benar-benar merindukanmu, JL .”
Kata yeye
sambil mengguncang guncang tubuh JL
“Aku juga”
balas JL sambil tersenyum “kau datang kemari bersama siapa?”
Yeye menoleh
kemudian melambai kepada seorang laki-laki yang berjalan memasuki gerbang
sekolah, “alif, aku disini”
Alif yang
mendengar suara yeye berlari menghampiri gadis itu.
“masih ingat
kepadaku?” tanya JL sambil mengulurkan tangan.
Alif tampak
berfikir sebentar kemudian menyambut uluran tangan JL, “JL?”
“tepat
sekali”
Ketiga orang
itu akhirnya sibuk bertukar kabar dan cerita.
Dulu alif
adalah kapten tim basket SMA nya, sementara yeye adalah manajer tim dan JL
adalah anggota cheerleaders. Setiap SMA mereka mengadakan pertandingan basket,
akan banyak alumni yang datang. Selain untuk menonton, mereka juga menjadikan
pertandingan basket sebagai ajang reun kecil-kecil lan.
“ apa kalian
sudah resmi berpacaran?”
Yeye dan alif bertukar pandangan kemudian
menggeleng.
“kami masih
bersahabat seperti dulu,” jelas alif
“aku heran
pada kalian. Kalian sudah sangat dekat sejak masuk SMA hingga sekarang setelah
dua tahun kita lulus dari sekolah ini, dan tak ada perkembangan sama sekali
untuk hibungan kalian?” tanya JL tak percaya.
“memangnya
apa yang kau harapkan? Hubungan kami memang hanya bersahabat.” Yeye menegaskan
kata-kata alif barusan.
JL
mengangkat bahu “baiklah, terserah kalian saja. Oh ya lima belas menit lagi
pertandingan dimulai, ayo masuk.”
***
Pertandinga
lima belas menit lagi dengan tuan rumah memimpin perolehan skor
Yeye yang
sedang fokus memperhatikan permainan sambil memakan popcorn yang ia beli dari
penjaja makanan sebelum pertandingan, mendadak terbatuk-batuk.
“kenapa?”
tanya alif
Yeye
menunjuk gelas plastik berisi soda yang dibawa alif masih sambil terbatuk-batuk. Alif yang
mengerti maksud yeye mendekatkan sedotan ke mulut yeye dan membiarkan gadis itu
menyeruput minumannya.
“wah,
sahabat yang manis sekali,” goda JL yang
duduk disamping yeye
yeye dan Alif
sama-sama menatap JL dengan tatapan berhenti-menggoda-kami-terus-terusan.
“Oke, oke. Aku
sudah pernah bilang belum kalau kalian memiliki tatapan sadis yang mirip?”
“JL!”
“Dan bahkan kalian
bisa menyebutkan namaku secara berbarengan. Chemistry yang kuat sekali
bukan?”
Yeye sudah bersiap
akan melempari JL dengan popcorn ketika seseorang datang dan berdiri
tepat dibelakang JL.
JL yang merasakan
kehadiran seseorang dibelakangnya menoleh lalu berbalik lagi menghadap Yeye dan
Alif dengan senyuman lebar, “Tidak apa-apa kan jika sepupuku ikut bergabung?
Kenalkan, namanya Jefri gurusinga atau jeje.”
***
“Memang Jeje selama ini kuliah di luar negeri,
tapi aku benar-benar tidak menyangka dia akan satu kampus dengan kalian. Kami
berdua juga baru bertemu kemarin dan aku iseng-iseng mengajaknya menonton
pertandingan basket SMA kita, meskipun akhirnya dia juga tiba telat sekali.”
“Mmm,” gumam Alif.
Sama sekali tidak memiliki minat untuk menanggapi lebih panjang lagi. Seusai
pertandingan basket yang berakhir dengan kemenangan tuan rumah, Yeye, Alif,
Jeje dan JL memutuskan untuk makan di sebuah café terdekat. Alif, yang
sebenarnya ingin langsung pulang untuk mengerjakan tugas kuliahnya, tak bisa
menolak karena jeje, JL, dan bahkan Yeye memaksanya untuk bergabung.
Orang-orang yang
melihat mereka mungkin mengira mereka adalah dua pasang kekasih yang akan
melakukan double date. Tapi kenyataannya, acara makan mereka hanya
didominasi oleh Yeye dan Jeje yang asyik mengobrol. Mengabaikan kehadiran JL dan
Alif disana.
“Aku baru tahu
kalau kalian bertiga ternyata sekampus dan sudah saling mengenal,” ujar JL
pelan sehingga hanya Alif yang duduk didepannya sajalah yang mendengar
ucapannya.
“Dia mahasiswa
baru di kampusku,” sahut Alif pendek.
“Kau tidak diabaikan
sendiri kawan. Ada aku juga disini,” hibur JL.
“Kami pernah makan
bertiga dan aku juga diabaikan. Sendirian.”
“Sebenarnya kalian
bertiga sudah saling mengenal berapa hari sih? Bahkan kalian sudah pernah makan
bersama,”
Alif menghela
nafas. Sebenarnya ia malas menanggapi ocehan JL. Tapi sepertinya opsi mengobrol
berdua bersama gadis itu lebih baik daripada ia hanya jadi patung diantara dua
orang yang menganggap dunia hanya milik berdua.
“Seminggu,”
“Ngomong-ngomong,”
JL merendahkan suaranya, seakan-akan tidak ingin Jeje yang duduk disampingnya
dan Yeye yang duduk disamping Alif mendengarkan apa yang ingin ia ucapkan “Jeje
kemarin bercerita padaku bahwa ia tertarik pada seorang gadis yang baru ia
temui di kampus barunya. Aku curiga jika gadis itu adalah yeye.”
“Sepertinya
begitu. Bahkan sepupumu itu meminta nomor ponsel yeye di pertemuan pertama
mereka.”
JL mengatakan kata
‘wow’ tanpa mengeluarkan suara.
“Lalu apa yang akan
kau lakukan?” tanya JL
“Memangnya apa
yang harus aku lakukan?”
JL menarik nafas,
“Aku sudah tahu sejak lama kalau kau menyukai yeye. Jangan berusaha mengingkari
hal itu padaku, oke? Perasaanmu padanya sangat jelas terbaca olehku. Dan aku
peringatkan padamu, jeje adalah pria yang bergerak cepat. Jika ia sudah
menyukai seorang gadis ia tak akan menunggu waktu lama untuk meminta gadis itu
jadi pacarnya.”
“Kalian sedang
apa? Acara bisik-bisik kalian mencurigakan sekali,” sela yeye sambil memandang
alif dan JL bergantian.
“Kami hanya
bernostalgia kecil, bukan begitu?” kata JL sambil menoleh ke Alif.
Alif mengangguk
cepat.
“Jahat sekali kalian
tidak mengajakku,” kata yeye dengan nada sedih “JL, maukah kau menemaniku ke
kamar kecil?”
“Baiklah.”
Setelah yeye dan
JL pergi, jeje menggeser posisi duduknya sehingga berhadap-hadapan dengan alif.
“Aku minta maaf
tidak melibatkan kau dan JL dalam obrolan kami,” ucap jeje.
“Tidak masalah,”
kata alif “Aku dan JL juga memiliki bahan obrolan sendiri.”
“Sahabatmu adalah
gadis yang menarik.”
Alif mendongak
“Maksudmu, Yeye?”
“Siapa lagi? Aku
sudah tertarik padanya sejak pertama kali kita bertemu di kafeteria. Dia
cantik, menyenangkan untuk diajak bicara dan memiliki selera humor yang bagus.”
“Oh,”
“Sudah berapa lama
kau mengenal Yeye?”
“Aku mengenalnya
sejak di sekolah menengah pertama. Dia dulu murid pindahan dari amerika di
sekolahku,” jelas alif dengan suara yang berusaha dibuat terdengar senormal
mungkin. Entah mengapa, ia merasa ada sesuatu yang menyumbat di tenggorokannya.
Membuatnya susah untuk bicara dengan benar.
jeje
mengangguk-angguk, “Apa kau menyukainya?”
alif meraih gelas orange
float didepannya kemudian menyeruputnya pelan, “Jika aku menyukainya aku
mungkin sudah menembaknya sejak lama.”
“Bagaimana
menurutmu jika aku memintanya menjadi pacarku?”
alif hampir saja menyemburkan
orange float yang ia minum mendengar apa yang dikatakan jeje. Pacaran?
Bahkan yeye dan jeje baru berkenalan seminggu.
“Apa itu tidak
terlalu cepat?”
“Harus tunggu apa
lagi?” kata jeje sambil mengaduk kopinya “Aku menyukainya sejak pertama kami
bertemu dan dia juga sepertinya tertarik padaku.”
“Hai, apakah kami
terlalu lama?” sapa yeye yang baru saja tiba dari kamar kecil.
“Oh, tidak sama
sekali,” jawab jeje.
“Teman-teman ini
sudah malam, bagaimana jika kita lekas pulang?” usul JL sambil mengamati jam
tangannya.
jeje dan yeye
mengangguk sambil lekas berdiri sementara alif masih bersandar di jendela kafe.
Seakan-akan tidak mendengar ajakan JL untuk pulang.
“Kau mau pulang
tidak?” tanya JL sambil menepuk bahu alif pelan.
alif tersentak,
“Apa?”
“Kau mau pulang
tidak?” ulang yeye dengan kesal “Jika ada orang yang berbicara padamu
dengarkanlah. Jangan malah melamun sendiri.”
“Oh baiklah, mari
pulang,” alif ikut berdiri seperti yang lain.
“alif, apakah yeye
boleh kuantarkan pulang?” tanya jeje “Karena JL tadi berangkat dengan naik taksi,
kau yang mengantarkan JL pulang. Bagaimana?”
alif menatap wajah
yeye, jeje dan JL bergantian kemudian mengangguk pelan. “Ya, antarkan saja dia
pulang. Biar aku yang mengantarkan JL.”
***
“Apa yang
dikatakkan jeje padamu?” tanya JL saat ia dan Alif sudah berada di dalam mobil
alif.
“Bagaimana kau
bisa tahu jeje mengatakan sesuatu padaku?”
“Aku Cuma
menebaknya dari raut wajahmu yang dua kali lebih keruh setelah aku dan dan yeye
kembali dari kamar mandi,” kata JL sambil tersenyum “Apa yang ia katakan
padamu?”
alif
mengetuk-ngetuk setir mobilnya kemudian mendesah pelan, “Dia menanyaiku apakah
aku menyukai yeye atau tidak?”
“Lalu kau jawab
apa?” tanya JL bersemangat.
“Aku bilang tidak.
Aku tidak menyukai yeye,”
JL menggeram
kesal, “Kenapa kau bodoh sekali Alif rizky. Bisakah kau berhenti bersikap
munafik dan mengingkari perasaanmu sendiri? Lihat apa yang kau lakukan. Secara
tidak langsung kau memberi kesempatan untuk jeje. Bagaimana jika mereka berdua
benar-benar pacaran?”
“jeje sudah
menceritakan padaku bahwa dia berencana ingin meminta yeye menjadi pacarnya
dalam waktu dekat ini.”
“ALF RIZKY!”
Dengan emosi alif
menepikan mobilnya yang melaju dengan kecepatan tinggi dan mengerem mendadak.
Menyebabkan mobilnya hampir membentur bahu jalan.
“Bisakah kau mengendalikan
emosimu?” bentak JL.
”Bisakah kau tidak
memancing emosiku terus-terusan?” balas alif tak kalah sengit “Baiklah, aku
harus mengacungimu jempol karena kau bisa membaca perasaan yang sudah kusimpan
bertahun-tahun. Tapi tolong, JL, meski kau tahu apa yang kurasakan kau sama
sekali tak bisa mengerti perasaanku. Aku tak pernah berani menyatakkan
perasaanku padanya karena yang kupertaruhkan adalah persahabatan kami.
Bagaimana jika yeye menolakku? yeye tak pernah menunjukkan ketertarikannya
padaku. Ia selalu memuji semua laki-laki yang ia temui, padahal aku sendiri
adalah laki-laki dan tampaknya ia melupakan fakta itu. Selama ini ia
hanya menganggapku tak lebih dari seorang sahabat. Aku hanya memiliki dua opsi,
antara selalu bersamanya sebagai sahabat atau nekat menyatakan perasaanku
padanya dan membiarkan persahabatan diantara kami kandas. Menurutmu aku harus
bagaimana?”
***
alif membuka pintu
apartemennya dengan perasaan kacau. Hari ini benar-benar buruk. Yang ia
inginkan hanyalah cepat tidur. Tidur adalah satu-satunya pelarian dari segala
kegilaan yang ia alami hari ini.
Ponsel disakunya
bergetar ketika alif akan menyalakan lampu ruang depannya. Laki-laki itu
mengerang kemudian merogoh sakunya dengan kesal.
Yeye
alif menghela
nafas, berusaha meredakan sesak yang mendadak menghantam dadanya. Laki-laki itu
menatap nama Yeye yang tertera di layar ponselnya, terjebak diantara keinginan
untuk mengangkat panggilan gadis itu dan mendengar suaranya atau mengabaikannya
demi menghindari kemungkinan akan kabar buruk yang akan makin membuatnya sakit
hati.
Dengan ragu, Alif
menekan tombol terima.
“Hai,” terdengar
suara Yeye diseberang sana.
“Hai.”
“Kau sudah
pulang?”
“Aku baru saja
masuk ke apartemenku.”
Terdengar Yeye
menarik nafas “Dengar, Jeje baru saja menyatakan perasaannya padaku.”
Sudah kuduga.
Betapa bodohnya aku masih nekat mengangkat teleponnya.
”Lalu?” kata Alif,
pura-pura antusias namun gagal. Nada bicaranya malah terdengar menyedihkan.
“Dia juga menciumku.
Sebuah ciuman singkat. Hanya sedetik.”
Oh Tuhan,
bolehkah aku membuka jendela apartemenku kemudian melompat dari sana?
“Wow kau pasti
senang sekali. Bukankah khayalanmu ketika kita di kafe tempo lalu akhirnya
tercapai?” sebuah kehampaan terdengar begitu kentara dari suara Alif.
“Saat itu aku
hanya berkhayal,” bantah Yeye “Jujur aku malah merasa bersalah. Entah karena
apa dan entah untuk siapa rasa bersalahku ini.”
Adakah harapan
bahwa rasa bersalahmu itu untukku?
“Apakah kau sudah memberi
jawaban?” tanya Alif. Laki-laki itu berharap bahwa Yeye mengatakan tidak untuk
Jeje.
“Aku memintanya
memberiku waktu untuk berpikir. Entah mengapa menurutku seminggu berkenalan
lalu memintaku menjadi pacarnya terasa terlalu cepat dan buru-buru. Aku tahu,
aku tak punya alasan untuk menolaknya. Dia tampan, baik, berpikiran dewasa,
bijaksana, dan perhatian. Singkatnya, dia benar-benar tipeku. Tapi . .entahlah,
seakan ada sesuatu yang mencegahku untuk memberikan jawaban saat itu juga.”
Jika kau mau
tahu nona Yeye, aku tak henti-hentinya berharap bahwa kau mengatakan tidak pada
laki-laki itu sejak ia mengakui perasaannya didepanku tadi.
“Pikirkanlah
baik-baik. Jangan sampai kau menyesali keputusanmu.”
“Kau tahu, aku
malah memikirkanmu.”
Jantung Alif
terasa langsung macet.
Memikirkanmu?
“Apa maksudmu?”
Tak ada jawaban.
“ yeye?”
“Jika aku menjadi
pacar Jeje, bagaimana denganmu? Kita selama ini selalu bersama-sama. Jika aku
menjadi pacarnya . .”
Alif terhenyak
mendengar suara isakan Yeye. Gadis itu tak bisa menyelesaikan kata-katanya
karena tangisnya makin keras.
“Yeye, jangan
jadikan aku sebagai penghalang kebahagiaanmu. Kalau kau memang menyukainya
terima saja tawarannya. Aku tidak masalah. Suatu saat mungkin . . . mungkin . .
aku juga akan menemukan kebahagiaanku sendiri.”
Terdengar suara
bersitan hidung, “Begitu? Mm . . baiklah aku akan mempertimbangkannya.”
“Oke. Berhentilah
menangis. Segeralah beristirahat.”
“Selamat malam,
Alif.”
Alif masih berdiri
mematung ketika Yeye memutuskan sambungan telepon.
Sepertinya kata
‘Bodoh’ benar-benar bisa mewakili tindakan yang ia ambil. Alih-alih berterus
terang kepada Yeye tentang perasaannya sebelum terlambat, Ia malah mendukung
Yeye jika gadis itu benar-benar menyukai Jeje.
Bagaimana jika
besok pagi Yeye menemuinya dan mengatakan bahwa Ia dan Jeje resmi berpacaran?
Alif mencengkeram
ponselnya dengan erat, seakan ingin meremukannya saat itu juga.
“Dia juga
menciumku. Sebuah ciuman singkat. Hanya sedetik.”
Alif melempar
ponselnya keujung ruangan. Laki-laki itu mengacak rambutnya frustasi. Ya Tuhan,
Kenapa ia begitu pengecut untuk mengakui perasaannya? Dan, diantara milyaran
gadis di muka bumi yang bisa disukai oleh laki-laki hampir sempurna seperti
Jeje, kenapa Jeje harus menyukai sahabatnya?
***
Yeye berjinjit
diantara kerumunan mahasiswa yang akan keluar dari ruang kelas siang itu.
Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari sosok Alif-.
“Apa dia tak berangkat
ke kampus?” batin Yeye.
Gadis itu baru
akan melangkah pergi ketika seseorang menepuk bahunya. Yeye berbalik dan
bersiap meneriakkan nama sahabatnya dan menyadari bahwa orang yang tadi menepuk
bahunya bukanlah Alif.
“Hai,” sapa Jeje
sambil tersenyum.
“Hai juga,” Yeye
membalas sapaan Jeje tanpa berusaha menutupi ekspresi kecewa di wajahnya.
“Apa yang kau
lakukan di jurusan teater?” tanya Jeje “Bukankah kau berasal dari jurusan
musik?”
“Aku mencari Alif,
tapi sepertinya dia tak berangkat kuliah hari ini,”
Jeje
mengangguk-angguk mengerti. “Mau kuajak ke suatu tempat?”
***
Ternyata Jeje
mengajak Yeye ke atap gedung fakultas hukum.
“Kau belum pernah
kesini?” tanya Jeje.
Yeye menggeleng.
“Aku dan Alif lebih menyukai menghabiskan waktu di bukit di belakang kompleks
universitas.”
Jeje yang sudah duduk
bersila sambil menghadap ke pemandangan taman kampus menepuk tempat disampingnya,
memberi isyarat kepada Yeye untuk duduk disampingnya.
Yeye duduk
disamping Jeje kemudian menoleh ke laki-laki itu, “Soal yang kemarin . .”
“Jika kau
memikirkan sesuatu tentang kemarin malam, aku juga memikirkan sesuatu,” kata
Jeje sambil menoleh ke Yeye, menatap gadis itu tepat di manik matanya “Berikan
kesempatan kepadaku untuk mengatakannya duluan. Kau tidak keberatan kan?”
Yeye mengangguk.
Jeje menarik nafas
panjang kemudian mulai bicara, “Kau tahu aku menyukaimu. Kemarin aku sudah
mengakui perasaanku padamu kan? Aku harus mengakui aku jatuh cinta padamu kali
pertama kita bertemu. Dan aku juga tahu kau tertarik padaku saat itu. Asal kau
tahu aku menyimak pertengkaranmu dengan Alif dan mendengar namaku disebut-sebut
saat itu.”
“Lalu?”
“Aku menyimpulkan
sesuatu,”
Yeye menatap Jeje
dengan tatapan tak mengerti. Jeje meliriknya kemudian melanjutkan, “Mungkin
selama ini kita terlihat cocok. Kita bisa mengobrol banyak hal tanpa takut
kehabisan bahan obrolan, kita bisa saling bercanda tanpa takut bahwa candaan
kita sebenarnya sama sekali tidak lucu, kita bisa menghabiskan waktu berjam-jam
di saluran telepon atau saling membalas pesan singkat, dan yang terpenting kita
tertarik satu sama lain. Tapi aku menyadari, setelah semalaman berpikir, bahwa
sebesar apapun ketertarikanmu padaku dan sebesar apapun aku mencoba untuk
membuatmu makin menyukaiku, itu semua sia-sia. Tanpa kau sadari kau sudah
memberikan hatimu kepada orang lain. Orang lain itu bukan aku, tapi Alif Rizky.”
Yeye terperanjat,
“Jeje~a . .”
“Kau mungkin
selalu meresponku dengan hangat dan antusias, Yeye. Tapi kau tak pernah bisa
jadi dirimu sendiri dihadapanku,” lanjut Jeje “Kau selalu terlihat lebih
ekspresif, lebih bebas, lebih percaya diri dan . . . lebih menikmati dirimu
ketika bersama Alif. Ketika kau bersamaku aku bisa melihat dari wajahmu bahwa
kau seperti menahan sesuatu.”
Yeye terpekur.
Menatap kuku-kuku jarinya dengan batin yang mendadak penuh dengan pertanyaan. Gadis
itu menahan nafas ketika merasakan tangan Jeje mengenggam tangannya.
“Berusahalah jujur
pada perasaan dan hatimu Yeye. Mungkin kau selalu menganggap perasaanmu pada
Alif hanya sebatas sahabat dekat sejak kecil. Tapi kau tak pernah tahu hati
kecilmu selalu berharap lebih dari Alif. Begitu pula sahabatmu itu, kalian
hanya terlalu sibuk berputar-putar disatu titik, berusaha mengingkari perasaan
satu sama lain.”
“Bagaimana
denganmu?” tanya Yeye.
“Kau tak perlu mengkhawatirkanku,”
kata Jeje sambil tersenyum “Aku bersyukur mendapat kesempatan untuk mengenal
gadis sepertimu. Mungkin aku tak bisa menjadi kekasihmu, tapi aku sudah jadi
orang yang cukup berjasa karena menyadarkanmu akan perasaanmu yang sebenarnya.
Bukankah itu cukup keren?”
Yeye menatap Jeje
lekat-lekat. Gadis itu meraih leher Jeje dan memeluknya erat-erat. Yeye dapat
merasakan tubuh Jeje menegang dalam pelukannya tapi tak berapa lama kemudian
laki-laki itu membalas pelukan Yeye.
“Terimakasih.”
***
Alif men-dribble
bola basket di tangannya sambil memfokuskan tatapannya ke ring. Setelah merasa
tembakannya tak akan meleset, laki-laki itu melemparkan bola basket di
tangannya ke ring. Tapi sayang sekali, tembakannya meleset. Alif menangkap bola
yang memantul ke arahnya dan duduk ditengah lapangan basket.
Alif menatap
langit malam diatasnya sambil membelai-belai bola basket di pangkuannya.
Hari ini ia
memutuskan untuk bolos kuliah. Ia benar-benar tidak mau mengambil resiko untuk
menghadapi kabar buruk. Bagaimana jika seusai kuliah Yeye tiba-tiba datang ke
kelasnya lalu memamerkan status barunya sebagai pacar dari Jefri Gurusinga?
Membayangkannya saja sudah membuatnya bergidik ngeri.
Ya, dia memang
terkesan pengecut. Tapi ia harus jujur tentang kemampuannya sendiri. Ia benar-benar
tidak mampu menahan rasa sakit jika Ia harus menghadapi kenyataan bahwa Ia
harus ‘membagi’ Yeye dengan laki-laki lain dan laki-laki yang baru datang itu
akan mendapat perhatian dan curahan perasaan Yeye lebih besar dari yang ia
terima selama bertahun-tahun ini.
“Kau pasti haus.”
Alif merasakan
sesuatu yang dingin menempel di pipinya. Laki-laki itu mendongak dan mendapati
Yeye menunduk menatapnya sambil menempelkan kaleng soda di pipinya.
“Yeye, bagaimana
kau tahu aku disini?” tanya Alif agak kaget.
“Aku mencarimu di
apartemen dan di bukit belakang universitas, tapi kau tidak ada disana. Lalu
aku ingat bahwa jika kau banyak pikiran kau suka bermain basket di lapangan SMA
kita saat malam hari. Kau biasanya mengajakku untuk menemaniku. Tapi kali ini
kenapa tidak?” tanya Yeye kesal.
“Aku sedang banyak
pikiran dan benar-benar butuh sendiri,” sahut Alif sambil merebut kaleng soda
ditangan Yeye, membuka tutupnya, lalu menenggaknya dalam beberapa kali tegukan.
“Apa yang sedang
memenuhi pikiranmu?” tanya Yeye.
Alif
berkonsentrasi menghabiskan sisa soda yang tersisa di kaleng, tampak
menimbang-nimbang.
Tak ada cinta
yang tak diungkapkan, kecuali oleh mereka yang terlalu mencintai dirinya
sendiri. Mungkin ini adalah saat yang tepat untuk menekan harga diri dan rasa
pengecutmu. Lebih baik mengakuinya disaat yang terlanjut terlambat daripada
membiarkan perasaanmu lapuk digerogoti kekecewaan.
“Kau.”
Yeye tersenyum.
“Wow, betapa kuatnya chemistry kita. Mau kuberi tahu sesuatu? Ketika aku
memenuhi pikiranmu, kau juga sudah berlarian di otakku seharian ini.”
“Aku serius, Yeye.”
“Aku juga belum
pernah seserius ini sebelumnya,” Yeye masih tersenyum lebar.
“Aku ingin
mengatakan sesuatu yang penting padamu, tapi kau membuat segalanya jadi terasa
susah. Lagipula, kau sudah memiliki pacar. Berhenti bersikap seperti itu padaku
atau orang-orang dan bahkan Jeje sendiri bisa menyalah artikan hubungan kita.”
“Sejak kapan aku
punya pacar? Apa kau berhalusinasi, Alif Rizky?” Yeye menyentuh dahi Alif .
Dengan emosi Alif
menghempaskan tangan Yeye lalu melemparkan kaleng soda di tangannya
sembarangan, “Yedi Yelia! Berhentilah membuatku frustasi! Kau membuat semua
kata-kata yang sudah kusiapkan tak akan pernah sempat terucapkan jika kau
begini terus. Berhentilah bertindak konyol seperti ini.”
Yeye mencengkeram
pergelangan tangan Alif lalu menatap laki-laki dihadapannya dengan tatapan
tajam “Kau mau mengatakan apa? Mau mengatakan bahwa kau menyimpan perasaan
padaku selama ini? Baiklah, mari kita buat sederhana Tuan Alif. Aku juga
merasakan hal yang sama padamu.”
Alif membelalakan
matanya “Ba . . Bagai . .”
“Bagaimana aku
bisa tahu? Kau pikir aku tidak peka selama ini? dan satu lagi kau harus
berhenti bersikap sok rendah diri dan menganggap semua sikap yang kutujukan
padamu hanyalah untuk menggodamu. Mulai malam ini kita harus sepakat untuk
tidak saling menyembunyikan apapun satu sama lain. Setuju?”
Alif
mengerjap-ngerjapkan matanya. Kebingungan sekaligus rasa bahagia menghantam ulu
hatinya. Ia sedang tidak bermimpi kan?
“Ternyata sudah pukul
Sembilan malam,” kata Yeye sambil mengecek jam tangannya “Aku harus pulang.”
Yeye mendongakkan kepala dan memandang Alif dengam senyum terkulum, gadis itu
mengedipkan sebelah matanya lalu menyentuh pipi Alif “Tak keberatan kan jika
aku pulang duluan? Pastikan kau nanti tidur nyenyak . . . Yeobo.”
Alif menarik Yeye
ke pelukannya “Bisakah kau disini lebih lama lagi?”
“Aku bisa bilang
apa jika kau minta begitu?” kata Yeye sambil menumpukan dagunya ke bahu Alif.
“Bagaimana dengan
Jeje?”
“Kau harus
bersyukur bahwa alih-alih memaksaku untuk menerimanya, Jeje menyadarkanku
tentang perasaanku. Kalau bukan karena dia, aku
tak akan repot-repot datang kesini. Dan mungkin saja aku sekarang sedang candle-light
dinner romantis bersamanya, membiarkanmu meratapiku disini sampai pagi.”
“Cih, percaya diri
sekali kau,”
“Melihat raut
wajahmu yang begitu horor setiap aku dan Jeje mengacuhkanmu aku merasa patut
untuk percaya diri.”
“Oke, terserah,”
Alif mengeratkan pelukannya “Bisakah kau mengulangi yang tadi kau ucapkan.”
“Yang mana?”
“Yang kau ucapkan
setelah kau memintaku tidur nyenyak.”
“Yeobo?”
“Ya,
sering-seringlah memanggilku dengan panggilan itu.”
“Akan
kupertimbangkan,” Yeye memutar kepalanya sedikit, memosisikan mulutnya tepat di
depan telinga Alif “Ngomong-ngomong Alif Rizky, kau ketinggalan berita baru
karena bolos hari ini. Ada mahasiswa baru lagi, yang ini jauh lebih tampan dari
Jefri Gurusinga. Ketampanannya benar-benar tidak manusiawi. Kalau untuk yang
satu ini, aku dengan senang hati akan bergabung dengan junior kita yang
mengejar-ngejarnya. Kalau perlu, seperti katamu, aku akan menyiapkan yel-yel,
pompom dan bahkan gerakan akrobatik ala cheerleaders untuk menyambutnya
di parkiran.”
“YAK! KAU BOSAN
HIDUP YEDI YELIA?”
End
Bagaimana dengan FF ini? Ini adalah FF dari MyungZy Couple
Tp aku mengubahnya menjadi YeLif Couple .
Untuk FF Chapter Love Rain, Akan Ku Lanjutkan Besog ..Jadi Tetap Stay
Untuk Menunggu FF Abal-abal dariku .
Oh Ya! Terimakasih sebelumnya buat yang udah baca FF dariKu ..
Jangan Bosan Untuk Mengunjungi Blog Ini, Disini Aku Mem-posting FF dari
I-Pop Sampai K-Pop . Aku juga memberika beberapa info2 dan foto.
..
OK.!! Sampai ketemu di Postingan Selanjutnya